Saat ini TNI AU mengoperasikan beberapa jenis pesawat tempur dalam arsenalnya yaitu Sukhoi Su-27/30 yang ditempatkan di pangkalan udara (lanud) Hasanuddin-Makassar, F-16 A/B Fighting Falcon, F-5E Tiger II dan T-50i Golden Eagle yang berpangkalan di Lanud Iswahjudi-Madiun, EMB-314 Super Tucano di Lanud Abdulrahman Saleh-Malang, F-16 C/D 52ID yang baru mulai berdatangan dan rencananya dipangkalkan di Lanud Roesmin Nurjadin-Pekanbaru dan Lanud Iswahjudi-Madiun serta Hawk 100/200 yang digelar di Lanud Roesmin Nuryadin-Pekanbaru dan Lanud Supadio-Pontianak.
Artikel ini akan membahas tentang pesawat tempur taktis Hawk 200 yang dimiliki TNI AU. Pesawat yang mulai datang tahun 1996 ini adalah penempur ringan produksi British Aerospace. Saat Pemerintah Indonesia memutuskan pembelian Hawk 200 ini, banyak pengamat militer yang mempertanyakannya. Mengapa setelah Indonesia membeli F-16 tahun 1989, setelah itu malah membeli Hawk yang dianggap “kurang menggigit”? Tidak ada jawaban resmi dari pemerintah atas pertanyaan tersebut. Namun kemungkinan harga yang ekonomis lah yang membuat TNI AU membeli pesawat tempur ini. Terbukti 32 unit Hawk 200 diborong diluar 8 Hawk 100 (pesawat latih lanjut) yang juga dibeli.
Harus diakui, jet tempur ini berukuran kecil dibandingkan F-16 apalagi Sukhoi Su-27/30. Secara spesifikasi, pesawat ini jelas kalah baik dari dimensi, radius tempur, kemampuan maupun tingkat deterennya. Namun jangan salah, penerbang-penerbang TNI AUberhasil membuat pesawat ini mampu merandengi kemampuan pesawat lain yang kelasnya di atas. Sebut saja kisah Hawk 200 TNI AU yang saat itu BKO (Bawah Kendali Operasi) di Lanud El Tari Kupang mencegat F/A-18 Hornet RAAF (Royal Australian Air Force) pada 16 September 1999 yang nyelonong masuk wilayah udara Republik Indonesai tanpa izin saat transisi merdekanya Timor Timur. Terjadi duel udara yang seru di atas Laut Timor. Saling kejar dan saling kunci terjadi. Beruntung, tidak terjadi penembakan peluru kendali (rudal) meskipun posisi Hawk saat itu sudah locked on ke Hornet. Beruntung bagi Hornet Australia, perintah dari komando atas TNI AU hanya membayang-bayangi. Jika perintahnya adalah tembak, dipastikan Hornet RAAF sudah hancur diterjang rudal AIM-9P Sidewinder yang digotong Hawk TNI AU. Meskipun berbeda kelas, harus diakui kemampuan Hawk 200 di tangan penerbang TNI AU tidaklah inferior. Hawk mampu mengimbangi manuver Hornet dengan baik dalam duel jarak dekat.
Ditempatkannya Hawk 200 - pesawat tempur yang digunakan setidaknya oleh 15 angkatan udara ini - di Pekanbaru dan Pontianak dimaksudkan untuk mengawasi ruang udara Indonesia wilayah Barat yang mencakup Sumatera, Jawa bagian barat, dan sebagian Kalimantan. Termasuk di dalamnya Selat Malaka dan Laut Tiongkok Selatan yang sedang “panas” akibat konflik perbatasan beberapa negara. Dengan wilayah tugasnya yang sedemikian luas, tentu pesawat ini bukan pesawat abal-abal. Kita simak kemampuannya :
- Mesin Adour Mk.871 yang berdaya dorong 6.000 pon memampukan pesawat melesat sampai kecepatan 1,2 mach
- Sistem avionik modern seperti :
- FLIR (forward looking infra red), perangkat infra merah untuk operasi malam hari buatan GEC-Marconi
- Laser range finder, perangkat laser untuk menentukan jarak ke obyek buatan Ferranti
- Radar AN/APG-66H untuk menjejak obyek sejauh 34,5 nautical miles atau kurang lebih 62 kilometer.
- RWR (Radar Warning Receiver), perangkat penyadap pancaran gelombang radar musuh buatan GEC-Marconi
- MPD (Multi Purpose Display), layar multifungsi yang menampilkan seluruh data dan parameter terbang yang ditampilkan dalam bentuk digital.
- HUD (Head Up Display), suatu tampilan transparan yang menyajikan data tanpa mengharuskan pengguna memalingkan kepalanya. Data ini seolah tersaji di kanopi pesawat yang terhubung secara elektronik dengan helmet penerbang.
- HOTAS (Hands-on Throttle and Stick), sistem kemudi yang menempatkan semua fungsi ppada stick kemudi.
- Inflight-refueling probe, perangkat pengisian bahan bakar di udara yang meningkatkan radius tempur pesawat menjadi lebih jauh tanpa harus landing di pangkalan.
- Daya angkut senjata sampai 3,5 ton terdiri atas rudal udara ke udara jarak pendek AIM-9P Sidewinder, rudal udara ke darat AGM-65 Maverick, kanon Aden kaliber 30 mm, rocket launcher serta bom Mk.82.
Hawk 100 tak lain adalah jet latih lanjut dengan kemampuan serang darat, sementara Hawk 200 yang berkursi tunggal dan avionic lebih canggih, lebih difokuskan sebagai pesawat tempur ringan yang punya kemampuan multirole. Pesawat buatan British Aerospace ini menjadi alutsista pada skadron 1 Elang Khatulistiwa yang punya home base di lanud Supadio, Pontianak – Kalimantan Barat. Dan skadron 12 Black Panthers di lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru – Riau. Oleh pihak pabriknya, Hawk Indonesia diberi kode 9. Hingga kemudian penulisan kode pesawat ini menjadi Hawk 109/209 bila menyebut Hawk Indonesia.
Meski masuk kelas pesawat tempur ringan, dan disebut-sebut sebagai armada jet tempur lapis kedua TNI AU, pada kenyataan Hawk 100/200 pada tahun 1999 sempat menjadi andalan utama jet tempur TNI AU, dimana saat itu Indonesia terkena embargo suku cadang militer dari AS. Karena jadi tumpuan sista, Hawk 100/200 pun lumayan banyak terlibat dalam penugasan, selain ikutan dalam operasi Darurat Militer di Nanggroe Aceh Darussalam, Mei 2003, sebelumnya Hawk 100/200 juga dilibatkan dalam operasi di Timor Timur, terutama pasca referendum. Bahkan dalam operasi di Timor Timur inilah jet Hawk 100/200 sempat ‘menantang’ duel F/A-18 Hornet AU Australia yang terbang selaku black flight.
Kombinasi Senjata Hawk 100/200
Dalam paket jualnya, Hawk 100/200, terutama Hawk 200 punya beragam pilihan konfigurasi senjata. Untuk Hawk Indonesia, kombinasi senjata untuk misi combat air patrol yakni kanon ADEN 30mm dan dua rudal AIM-9 P4 Sidewinder. Rudal ini dipasang pada rel di ujung sayap. Selebihnya dapat dicantelkan pada gantungan terluar di sayap.Kemudian untuk kanon ADEN 30mm, berjenis pod dan dipasang secara portable di bawah body bagian tengah.
Sementara untuk misi serangan ke permukaan, selain keberadaan ADEN 30mm, kombinasi senjata favoritnya adalah varian bom konvensional dan roket FFAR. Untuk sasaran yang lebih advance pun Hawk TNI AU dapat melepaskan rudal jenis AGM-65G Maverick.
ADEN 30mm
Bobot dan dimensi Hawk 100/200 yang terbilang ringan, berimbas positif pada kemampuan manuver yang unggul di kelasnya. Tapi disisi lain juga membawa konsekuensi pada jenis senjata yang dapat dibawa. Salah satu efek negatifnya, jet tempur ini tak punya kanon internal. Rencana British Aerospace untuk menambahi kanon internal pupus begitu tahu dimensi ruang tak mencukupi. Bila dipaksakan, maka Hawk 200 hanya mampu dipasangi sebuah kanon saja. Itupun dengan konsekuensi cantelan bagian dalam pada sayap kanan harus dikosongkan untuk menjaga stabilitas pesawat. Apa boleh buat, kini Hawk 200 harus beropersi tanpa bekal kanon internal.
Dan jadilah kemudian ADEN 30mm sista portable yang diandalkan untuk Hawk 100/200 TNI AU, pasalnya kanon adalah senjata yang efektif untuk misi perang di udara dan perang misi tempur ke permukaan. Bahkan, bila dilirik lebih lama lagi, Hawk MK.53 yang sejak tahun 1980-an menjadi jet latih lanjut skadron 15 TNI AU, juga punya kemampuan membawa ADEN 30mm.
ADEN (Air Defence Enfield) dikembangkan atas dasar spesifikasi British Air 1424 (standar sista pesawat AU Inggris) pada tahun 1950. Sista ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan sistem senjata pada pesawat tempur AU Inggris. Atas dasar konsep ini maka munculah kanon ADEN MK.I dengan kaliber 30mm, model senjata ini dibuat sederhana, kompak dan mudah dioperasikan oleh pilot. Senjata ini dibuat oleh pabrik Enfield, yang merupakan salah satu divisi dari pabrik senjata dan amunisi Royal Ordnance (sekarang telah bernanung di bawah grup British Aerospace).
ADEN dipasang di dalam suatu tempat berupa tabung (pod), dimana di dalam tabung tersebut dipasang komponen senjata berikut amunisinya. Kemudian pod tersebut dipasang pada bagian bawah badan pesawat. Untuk tempat kemasan senjata, dibuat dalam dua pilihan, yakni Pylon dan Blister. Cara kerja senjata ini adalah, rotasi amunisi ke laras dilakukan dengan sistem silinder (drum berputar) yang memiliki lima kamar peluru dengan berpedoman pada pergerakan gas yang dioperasikan dengan sistem slide. Sementara pengokangan dilakukan dengan sistem angin, yakni dengan ketentuan pengoperasian manual.
Sebagai hasil pengembangan dari versi sebelumnya, pada ADEN MK.V dimutakhirkan dengan modifikasi pada sistem dudukan senjata, dimana telah dibuat dengan bahan alumunium alloy. Pemilihan bahan tersebut dengan pertimbangan untuk melawan residual tinggi yang terjadi akibat tekanan beban yang tinggi. Dengan penggunaan metarial ini, diharapkan usia pakai senjata akan lebih tinggi. Kemudian ada modifikasi pada sistem gas, hal ini untuk meningkatkan performa rata-rata tembakan mulai dari 1.200 hingga 1.400 proyektil per menit.
Walau spesifikasi resmi ADEN 30mm punya kecepatan tembak 1.200 hingga 1.400 proyektil per menit dengan jangkauan tembak efektif 1.510 meter, namum hasil modifikasi pada versi MK.V menunjukkan kemampuan kinerja yang dapat ditingkatkan menjadi 1.500 sampai 1.700 proyektil per menit. Secara umum, amunisi ADEN dibuat dalam tiga kategori standar, mulai dari amunisi untuk latihan (practice), amunisi jenis ledakan tinggi (high explosive), dan amunisi anti lapis baja (armour piercing). Dengan kombinasi amunisi yang disiapkan, maka kanon ini dapat menghadapi target sasaran di udara dan tentunya juga efektif menghajar target berupa kendaraan tempur lapis baja.
Kendali penembakan ADEN 30mm oleh pilot Hawk dapat dilakukan lewat HOTAS (Hands on Thorttle and Stick). Tapi konsep kanon dalam pod ini juga punya titik lemah, semisal kapasitas muat amunisi yang terbilang terbatas, dimana setia pod ADEN 30mm hanya bisa membawa 100 – 200 amunisi. Bisa dibayangkan, betapa harus iritnya seorang pilot Hawk dalam melepas tembakan ke suatu permukaan. Tapi model ADEN dalam kemasan pod bukan hanya untuk Hawk semata, jet tempur legendaris Sea Harrier pun menganut kanon model pod yang sama.
Selain dibuat dalam kaliber 30mm, ADEN juga ditawarkan dalam kaliber 25mm. Bobot ADEN 25mm lebih ringan 10% dari bobot ADEN 30mm, namun tenaga geraknya tiga kali lebih besar, dan bisa melontarkan proyektil hingga 1.850 per menit. (Haryo Adjie Nogo Seno/dikutip dari berbagai sumber)
Spesifikasi ADEN 30mm:
- Kaliber : 30mm
- Panjang pod : 1,59 meter
- Panjang laras : 1,080 meter
- Berat Senjata (pod) : 87 kg
- Berat Senjata berikut 200 amunisi : 200 kg
- Berat Laras : 12,25 kg
- Kecepatan Proyektil : 790 meter per detik
- Jangkauan Tembak Efektif : 1.510 meter
- Kecepatan tembak : 1.200 – 1.400 proyektil per menit
- Tenaga Sistem penembakan : Electrical 26 volt DC
. (berbagai sumber)
No comments
Post a Comment