Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api adalah perisiwa terbakarnya kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia oleh penduduk Bandung setelah ada ultimatum oleh sekutu untuk mengosongkan Bandung.

1. Latar Belakang Bandung Lautan Api

  1. Brigade Mac Donald (sekutu) menuntut penduduk agar semua senjata dari hasil pelucutan jepang diserahkan pihak sekutu.
  2. Sekutu mengeluarkan ultimatum agar kota Bandung bagian utara dikosongakan pihak Indonesia paling lambat tanggal 29 november 1945.
  3. Sekutu membagi Bandung menjadi dua sektor, yaitu sektor utara dan sektor selatan.
  4. Rencana pembangunan kembali markas sekutu di Bandung.


2. Proses Terjadinya Bandung Lautan Api

    Peristiwa terjadi pada bulan maret 1946, dalam waktu tujuh jam,s ekitar 2.00.000 penduduk mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka dan meninggalkan Bandung.

    Pada awalnya tanggal 17 oktober 1945 pasukan sekutu mendarat diBandung. Pada waktu itu para pejuang Bandung sedang gencar gencarnya merebut senjata dan kekuasaan dari tangan Jepang. Oleh sekutu agar semua senjata pihak Indonesia hasil pelucutan Jepang diserahkan mereka. Sehingga pada tanggal 21 november 1945, sekutu mengeluarkan ultimatum agar senjata hasil pelucutan Jepang segera diserahkan dan agar penduduk mengsongkan kota Bandung paling lambat tanggal 29 november 1945 dengan alasan keamanan untuk rakyat.

     Pada tanggal 6 desember 1945 terjadi pecah pertempuran antara sekutu dan pejuang Bandung. Sehingga sekutu mengulangi lagi ultimatumnya pada tanggal 23 maret 1945, agar TRI meninggalkan kota Bandung. Dengan adanya ultimatum tersebut, pemerintah Indonesia di Jakarta menginstrusikan agar TRI mengosongkan kota Bandung .Namun berlainan dengan markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar tetap bertahan di Bandung. Selanjutnya, sekutu membagi Bandung menjadi dua sektor, yaitu Bandung utara dan Bandung Selatan.

     Dalam situasi yang semakin genting sekutu membuat keputusan bahwa orang Indonesia harus keluar dari Bandung utara, keadaan saat itu semakin sangat mencekam dan penuh kepanikan. Keputusan tersebut ditentang para pejuang sehingga terjadilah pertempuran besar besaran antara pejuang indonesia dengan sekutu pada tanggal 24 maret 1946. Dalam pertempuran tersebut , pejuang melakukan serangan kepos pos sekutu dan mengundurkan diri sambil membumihanguskan seluruh Bandung utara.


     Sejarah heroic ini tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai peristiwa Bandung Lautan Api (BLA). Lagu Halo halo Bandung ciptaan Ismail Marzuki menjadi lagu perjuangan saat itu. Dan ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring berjanji akan kembali kekota Bandung tercinta.


Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung[rujukan?] membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Ultimatum Tentara Sekutu kepada Tentara Rakyat Indonesia untuk meninggalkan kota Bandung memicu salah satu gerakan paling spektakuler di sejarah perang Indonesia ini. Sadar bahwa kekuatan senjata tidak akan berimbang dan kekalahan sudah pasti di depan mata, TRI tidak rela jika Sekutu memanfaatkan Bandung sebagai pusat militer untuk menginvasi wilayah yang lain. Berdasarkan hasil musyawarah, sebuah tindakan bumi hangus dipilih untuk memastikan hal ini tidak terjadi. 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka selama kurun waktu 7 jam dan bersama bergerak mengungsi ke wilayah selatan.
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api.
Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Setelah peristiwa tersebut, TRI bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini mengilhami lagu Halo, Halo Bandung yang nama penciptanya masih menjadi bahan perdebatan.
Beberapa tahun kemudian, lagu “Halo, Halo Bandung” secara resmi ditulis, menjadi kenangan akan emosi yang para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu, menunggu untuk kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api.

3. OPERASI TRIKORA (Irian Barat)
Operasi Trikora digelar dengan satu tujuan utama yang sederhana namun jelas dengan berbagai usaha: merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia. Belanda yang keras kepala dan tidak ingin menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia harus merasakan konsekuensi yang tidak ringan dari keputusannya tersebut. Berbekal persenjataan berat yang baru saja didapatkan dari Uni Soviet, sebuah operasi militer besar-besaran dikerahkan; terbesar yang pernah dilakukan Indonesia sepanjang sejarah.
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda, termasuk wilayah barat Pulau Papua. Namun demikian, pihak Belanda menganggap wilayah itu masih menjadi salah satu provinsi Kerajaan Belanda. Pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an. Namun pemerintah Indonesia menentang hal ini dan Papua menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda. Hal ini kemudian dibicarakan dalam beberapa pertemuan dan dalam berbagai forum internasional. Dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Belanda dan Indonesia tidak berhasil mencapai keputusan mengenai Papua bagian barat, namun setuju bahwa hal ini akan dibicarakan kembali dalam jangka waktu 1 tahun.
Pada bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Papua bagian barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal 73e Piagam PBB. Karena Indonesia mengklaim Papua bagian barat sebagai daerahnya, Belanda mengundang Indonesia ke Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan masalah ini, namun Indonesia menolak. Setelah Indonesia beberapa kali menyerang Papua bagian barat, Belanda mempercepat program pendidikan di Papua bagian barat untuk persiapan kemerdekaan. Hasilnya antara lain adalah sebuah akademi angkatan laut yang berdiri pada 1956 dan tentara Papua pada 1957. Sebagai kelanjutan, pada 17 Agustus 1956 Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibukota di Soasiu yang berada di Pulau Tidore, dengan gubernur pertamanya, Zainal Abidin Syah yang dilantik pada tanggal 23 September 1956.
Pada tanggal 6 Maret 1959, harian New York Times melaporkan penemuan emas oleh pemerintah Belanda di dekat laut Arafura. Pada tahun 1960, Freeport Sulphur menandatangani perjanjian dengan Perserikatan Perusahaan Borneo Timur untuk mendirikan tambang tembaga di Timika, namun tidak menyebut kandungan emas ataupun tembaga