Duel F-16 vs Mirage 2000 di Indonesia
Pertengahan 80 an Indonesia dituntut untuk punya jet tempur canggih yg berkemampuan penguasaan udara (air superiority) diatas jet tempur A-4 Skyhawk dan F-5 Tiger yg sudah dimiliki sebelumnya. Sebelum kedua jet andalan itu Indonesia hanya bergantung pada persenjataan sisa AU Belanda yg dulu pernah ada disini seperti misalnya F-86 Sabre atau T-33 Bird. Setelah sebelumnya AURI (sekarang TNI AU) pernah menjadi macan Asia tenggara dengan jet tempur mutakhir sekelas Mig-21, Mig-17 yg hanya bisa ditandingi oleh F-4 Phantom (era tahun 60-an).

Sebelum pilihan jatuh kepada F-16 Fighting Falcon buatan General Dynamics (sekarang Lockheed Martin), Mirage 2000 adalah jet tempur yg di nominasikan menjadi pilihan Indonesia. Setidaknya itu pilihan penerbang seperti om sy yg pernah bertugas di Skadron 11 jaman itu. Menurutnya Mirage lebih unggul daripada F-16 dari sisi mananya dia jg ga menjelaskan. Mungkin jg dia sulit untuk menjelaskan pd orang awam seperti sy ini.

Mirage 2000 jet tempur buatan Dassault Breguet, Prancis memiliki kemampuan yg sama persis dengan F-16 Fighting Falcon hanya saja  operasionalnya lebih mahal. Dari spesifikasi data dalam sisi kecepatan dan percepatan daya lesat Mirage 2000 lebih unggul dibanding F-16 walaupun dalam pertempuran udara kecepatan bukanlah segalanya. Sedangkan F-16 lebih unggul untuk manuver pada kecepatan rendah. Unggul dalam kecepatan rendah membuat F-16 lebih lincah apalagi untuk melakukan serangan udara (Air strike), bantuan udara jarak dekat (Close Air Support) yg diperlukan pasukan darat misalnya. F-16 juga sudah teruji laik perang (battle proven) daripada Mirage. Ini wajar aja, sebab AS sebagai operatornya selalu mengirim jet tempur andalannya ke negara konflik dimana mereka dengan seenaknya mengebom dan menjatuhkan jet tempur lawan yg pilotnya minim jam terbang dan hanya punya kemampuan berlatih sedikit. Paling kentara mungkin apa yg dilakukan AU Israel. Dalam perang melawan Syria, F-16 IDF (Israeli Defense Force) berhasil merontokkan puluhan Mig-23 AU Syria yg kalau saya bilang itu bukan lawan seimbang F-16. F-16 IDF jg pernah sukses melakukan pengeboman ke reaktor nuklir Oziraq di Iraq pada tahun 1982 lampau.

F-16 milik kita 

Mungkin atas pertimbangan tersebut maka dipilihlah F-16 Fighting Falcon oleh TNI AU. Pada tahun 1989 dikirimlah 4 jet tempur F-16B yg terbang fery langsung dari AS ke Indonesia lalu pengiriman berikutnya melalui kargo udara. Kini F-16 TNI AU berada di Pangkalan Iswahyudi menduduki Skadron 3. Namun demikian F-16 kita hanyalah versi paling low-end daripada F-16 yg ada di dunia. F-16A Blok 15 TNI AU sulit untuk menandingi jet tempur negara tetangga yg rata-rata sudah mengandalkan F/A-18 Hornet (Malaysia, Australia), F-15E Eagle dan F-16E Blok 52 (Singapura) yg sewaktu-waktu bisa aja bersenggolan dengan Indonesia.

Paling jelas dan nyata serta disiarkan oleh media adalah Insiden Bawean tahun 2003 silam dimana F-16 kita hampir kontak dengan F/A-18 Hornet US Navy. Dari informasi berita di media F-16 kita sudah dikunci (lock on) oleh radar F/A-18 bukan tidak mungkin kalau aja si penerbang US Navy mendapat perintah dari atasannya untuk menembak dalam hitungan detik ‘DHUARRRR!!!’ F-16 kebanggaan kita hancur berkeping-keping di udara. Konon AS selalu melabeli persenjataan yg dibeli darinya walaupun masih kontroversi kebenarannya paling tidak begitu adanya. Penerbang tempur US Navy juga sering berlatih pertempuran udara (dog fight) dengan F-16 sebagai pesawat musuh (aggressor) dalam simulasi pertempuran udara. Dapat kita lihat di film TOP GUN dimana penerbang F-14 Tomcat US Navy melakukan duel udara dengan A-4 Skyhwak yg memiliki kemampuan manuver setara Mig-21. Sekarang A-4 digantikan oleh F-16 sebagai aggressor yg berperan sebagai Mig-29 karena punya kemampuan manuver yg sama.

Mig-29 si beruang kutub
Mig-29 adalah jet tempur yg paling ditakuti para penerbang AS. Menurut ujicoba penerbang tempur IDF Mig-29 punya kemampuan sama seperti F-15 dalam kecepatan tinggi dan F/A-18 Hornet pada kecepatan rendah. Selain sebagai air superiority F/A-18 Hornet punya kemampuan serang darat yg luar biasa selain sebagai penempur udara (Fighter) Hornet jg berperan Attack (serang darat). Kemampuannya sebagai jet tempur mesin ganda Mig-29 adalah ancaman terbesar bagi F-15 karena bermesin ganda sehingga punya akselerasi yg hebat sehingga serta kelincahan yg luarbiasa. Hingga kini F-15 adalah jet tempur air superiority andalan IDF dan USAF (AU AS). Pada perang Bosnia-Herzegovina pertengahan tahun 90an yg lalu Mig-29 AU Bosnia pernah merontokkan 1 F-16 hanya saja ini masih menjadi kontroversi mengingat hal tersebut tergolong berita rahasia (classified) alih-alih tidak mau malu maka dibilanglah kalau F-16 tersebut jatuh karena rudal anti serangan udara (Surface Air Missile/SAM). Disamping itu Yugoslavia saat itu adalah negara paling miskin di Eropa sehingga berdampak pada operasional angkatan udaranya. Para penerbang yg minim jam terbang membuat penerbang tempur mereka kalah terampil dibanding pada penerbang NATO. Salah satu confirmed kill yg berhasil dibukukan oleh AU Yugoslavia adalah  oleh Letnan Kolonel Milenko Pavlovic penerbang Mig-29 yg berhasil menembak jatuh F-16 NATO sebelum akhirnya ia sendiri ditembak oleh jet tempur yg lain. Dalam pertempuran tersebut ia hanya berdua melakukan pencegatan (interception) dengan pendampingnya (wingman) yg sudah lebih dahulu jatuh dirontokkan rudal jarak sedang udara ke udara (AMRAAM) dari jet tempur NATO. Duel udara tak seimbangpun dihadapinya. Ia bertempur sendirian melawan 12 jet tempur NATO. Milenko gugur dalam pertempuran tersebut dengan 1 confirmed kill. Apapun alasannya, dibalik kekejaman Bosnia terhadap Herzegovina, Milenko berjuang demi negaranya bukan untuk membenarkan kekejaman Bosnia terhadap Herzegovina melainkan untuk mempertahankan kedaulatan negaranya ia layak disebut sebagai seorang ksatria udara sejati.
Ditangan penerbang yg jagoan seperti misalnya dari IDF, bukan mustahil jika Mig-29  benar-benar menjadi beruang kutub yg paling ditakuti binatang buas lainnya? Mig-29 dirancang untuk duel udara jarak dekat. Memiliki kemampuan daya dorong yg lebih cepat dan stabil pada kecepatan rendah. Hal yg paling memukau adalah, pilot otomatis (autopilot) Mig-29 ini bisa menuntun pendaratan sendiri hingga pesawat menyentuh landasan (touch down). Semua itu dilakukan oleh penerbang uji IDF.

Hanya saja kekurangan Mig-29 adalah karena boros bahan bakar dan juga cepat panas menyulitkannya untuk terbang jarak jauh. Membuat Mig-29 sulit untuk menjadi pilihan melindungi wilayah udara Indonesia.

Jet tempur Rusia di Indonesia
Tahun 1960 an dimana Bung Karno masih memimpin dan giat mengkampanyekan Perebutan Irian Barat Rusia memberikan kemudahan menjual dengan harga sangat murah dan dapat diangsur beberapa jet tempur andalannya yg pada saat itu merupakan yg tercanggih. Beberapa buah Mig-17, Mig-19 dan Mig-21 dikirim ke Indonesia. Selain itu jg ada motivasi politik Rusia untuk meng-komunis-kan Indonesia.

AU Belanda yg pada saat itu hanya dipersenjatai dengan jet tempur Vampire dan De Haviland masih kalah jauh dibanding Mig-21. Istilahnya jet tempur andalan AU Belanda masih sekelas jet tempur Perang Korea seperti F-86 Sabre USAAF (United States Army Air Force). Pada masa itu Mig-21 memiliki segalanya mulai dari kecepatan suara yg menembus 2x kecepatan suara (Mach 2) dan persenjataan rudal pencari panas AA-2 Atol yg setara dengan AIM-9 Sidewinder (versi awal). Belum lagi pembom kelas berat TU-16 Badger yg siap meluluh lantakkan aset angkatan bersenjata Belanda didarat. Namun perang tidak pernah terjadi. Belanda keburu mundur dari Irian Barat.

Pada jaman itu motivasi om saya masuk AURI karena sering melihat Mig-21 AURI yg meraung diudara. Namun sayang setelah masuk AURI dan diterima sebagai penerbang ia tidak pernah lagi bertemu pesawat idamannya itu. Ia pernah bertugas di Skadron 11 Makasar menerbangkan A-4 Skyhawk. Pernah menjadi atase di Bangkok dan Irjen Koopsau II di Makasar lalu setelah pensiun menjadi penerbang pesawat kecil dipedalaman Papua sebelum akhirnya benar-benar berhenti total dari terbang karena penyakit diabetes yg dideritanya. Sayangnya saat ini ia sudah wafat jadi sy tidak bisa tanya detail lagi. Terakhir saya bertemu dengannya waktu saya masih kuliah tahun 1996 dan dari situ saya banyak tahu karir beliau di TNI AU.
Sebenarnya sudah sejak pertengahan tahun 90 an yg lalu Indonesia telah menaksir jet tempur Rusia. Presiden Soeharto mengutus tim khusus yg salah satunya adalah Ketua Bapenas saat itu, Ginandjar Kartasasmita, yg juga adalah mantan anggota puslitbang TNI-AU dengan pangkat terakhir Marsekal Madya. Ia jalan-jalan ke pabrik Mikoyan Gurevich dan Sukhoi OKB dengan misi untuk melihat langsung proses produksi jet tempur kandidat kita nanti.

Pilihan jatuh pada SU-27 Flanker dan ketika kontrak baru saja akan ditandatangani, tiba-tiba pecah konflik dalam negeri di Indonesia, reformasi dan lengsernya Presiden Soeharto berdampak pada pembatalan transaksi tersebut. Baru sejak tahun 2004 era Presiden Megawati masih memimpin proses tersebut dilanjutkan kembali. Pesawat Flanker sebagian dibayar dengan sembako. Tetapi tidak menjadi masalah mengingat kemutakhiran jet tempur ini.

Flanker kebangganku!!
Saat ini TNI AU Indonesia berhasil membawa pulang 2 SU-27 Flanker dan 4 SU-30MK yg bersarang di Skadron Udara 11 saat ini. Sebagai ajang ujicobanya Flanker Indonesia di elu-elukan bak selebritas dan bintang di Pitch Black 2012. Flanker TNI AU dijadikan ajang narsis para kru dari AU negara sahabat yg turut serta dalam Pitch Black tersebut. Beredar banyak foto di internet dengan berbagai macam pose kru AU negara lain bersama Flanker TNI AU yg narsis dan penuh sisi humanis dibalik seragam mereka seakan lupa diri sebagai anggota militer.

Tetapi hal itu bukan berarti tanpa kemampuan. Dalam latihan udara bersama negara-negara persemakmuran yg melibatkan AU Australia, Selandia Baru, Singapura dan Thailand. Flanker kita memang benar-benar pesawat yg sulit untuk ditaklukkan oleh jet tempur negara peserta. Hanya saja di media mereka berkomentar lain.

Bagaimana tidak, Sukhoi 27 Flanker TNI AU dilengkapi dengan Thrust Vectoring Nozzle yg memungkinkan pesawat untuk melakukan belokan sempit (tight turning) sehingga dapat dengan mudah mengarahkan moncong ke bokong pesawat musuh (tally ho) merupakan keunggulan Flanker dibanding jet tempur barat saat ini. Hanya jet tempur generasi ke 5 seperti misalnya Rafale (Prancis), EF-2000 (Inggris, Jerman) dan F-22 Raptor (AS) yg hingga kini ditarik kembali karena satu masalah.

Meskipun bongsor untuk ukuran jet tempur daya jelajah Flanker ini cukup luas. Ia mampu menjelajah hingga 3500 km bisa dikatakan SU-27 Flanker mampu melindungi separuh Indonesia. Jika ia berangkat dari Makassar untuk mencegat musuh dari utara dan timur Indonesia ditambah manuver tempur (Air Combat Maneuver) bahan bakarnya masih mampu untuk terbang kembali ke pangkalan (Return to Base). Tidak hanya itu, daya jangkau radar SU-30MK yg saat ini juga di operasikan  oleh AL Rusia sering dijadikan pesawat mini peringatan dini (Airborn Warning and Control System/AWACS) kemungkinan dalam perannnya nanti SU-30MK tidak turut bertempur tetapi hanya memandu jet tempur kita yg lain untuk mencegat musuh yg mungkin mengganggu kedaulatan kita. Tidak tertutup kemungkina juga kita dapat lebih dahulu mengunci pesawat musuh dari jarak yg sangat jauh (Beyond Visual Range/BVR).

Epilog
Kalau saja dari dahulu pilihan kita jatuh pada jet tempur Rusia bukan tidak mungkin kalau negara tetangga coba-coba menyusup ke negara kita. Bahkan mungkin saja AS akan menimbang ulang pengaktifan jet tempur F/A-18 Hornet untuk melakukan manuver tempur yg membahayakan pesawat lain di atas negara kita.

Kalau saja di saat Insiden Bawean itu Presiden kita keras kepala seperti Moammar Khadafi yg tidak mau tahu jet tempur SU-22 Fitternya kalah jauh dibanding F-14 Tomcat tetapi tetap ngotot memberi perintah pencegatan dengan embel-embel tembak jatuh.

Tentunya kita tidak seperti itu dan tidak ingin seperti itu. Pada Insiden Bawean, Pangkohanudnas hanya memerintahkan identifikasi dan bayang-bayangi. Duel udara hanya memungkinkan jika mereka memulai konfrontasi lebih dahulu. Ibaratnya, kalau tidak dipukul ya jangan memukul lebih dulu. Toh saat itu F-16 kita tetap dipersenjatai dengan AIM-9P Sidewinder untuk berjaga.

Pinjam istilah latin si vis pacem parabellum yg artinya jika ingin damai persiapkanlah diri sekuat mungkin. Jet tempur adalah bagian dari persenjataan, senjata yg mungkin akan kita gunakan mungkin saja tidak. Hingga saat ini F-16, Hawk, F-5 Tiger dan juga Flanker duduk manis dipangkalan siap siaga melindungi kita dari ancaman musuh.

Jayalah terus TNI AU kami percayakan jet tempur mutakhir yg kami beli pada kalian jadilah Swa Bhuwana Pakca, sang sayap pelindung tanah air!