Kopassus
(singkatan dari; Komando Pasukan Khusus), adalah Pasukan Khusus yang
menjalankan misi rahasia dan operasi Intelijen untuk Pemerintah Republik
Indonesia, seperti; Aksi langsung di lapangan, Perang luar biasa, sabotase,
membasmi aksi-aksi pemberontakan, Penanganan Anti-Terorisme, dan pengumpulan
informasi Intelijen. Kopassus dibentuk Tahun 1952. dan langsung menarik
perhatian dunia setelah sukses melaksanakan operasi pembebasan sandera atas
pembajakan pesawat Garuda Penerbangan 206.

Tidak butuh
waktu lama, Pasukan Elite ini dengan cepat menyebarkan kampanye militer mereka;
menumpaskan para komunis pada akhir tahun 1950-an, kampanye militer di Papua
Barat pada Tahun 1965, konfrontasi dengan malaysia dari tahun 1962-1966,
pembunuhan massal komunis di Tahun 1965, Invasi di Timor Timur Tahun 1975, dan
menyusul kampanye militer mereka, untuk menumpas kelompok-kelompok separatis di
wilayah kedaulatan Indonesia. Fungsi Utama Kopassus; Penanganan Aksi Terorisme
Sabotase Pembebasan sandera Membasmi pergerakan kelompok Separatis Pengumpulan
Informasi Intelijen .
Pada 15 April 1952, Kolonel Alexander Evert
Kawilarang meletakkan dasar-dasar untuk Kesatuan Komando Tentara Territorium
III/Siliwangi, sebelum diubah namanya menjadi Kopassus. Daya gerak untuk
membangun pengembangan Pasukan Khusus ini adalah, pengalaman ketika menghadapi
perlawanan RMS (Republik Maluku Selatan) atau Republic of the South Moluccas.
Yang berkomplot dan didukung oleh dua kompeni dari KST (Dutch Korps Speciale
Tropen). Indonesia sangat terkejut dan kesulitan dalam menghadapi kemampuan
sniper dari KST. Yang mana waktu itu Indonesia belum memiliki senjata sniper
tersebut. Lalu mereka berencana untuk membangun Pasukan yang serupa untuk
Indonesia. Bagaimanapun, pada waktu itu, tidak ada komandan Militer Indonesia
yang memiliki kemampuan yang memadai ataupun pengalamanan yang tinggi dalam
operasi khusus. Letnan Kolonel Slamet Riyadi tidak akan lagi melihat mimpinya
untuk membentuk unit Pasukan Khusus setelah kematiannya dalam pertempuran
dengan kelompok separatis RMS. Tak lama setelah itu, Kolonel Kawilarang dengan
menggunakan Intelijen Militer dan bertemu dengan Mayor Rokus Bernardus Visser –
mantan anggota Ducth Special Forces, setelah terjalin perdamaian pada saat
pembentukan Negara Indonesia Yang baru merdeka. Ia menetap di Jawa Barat, dan
menikahi perempuan Indonesia, dan dikenal sebagai Mohamad Idjon Djanbi. Dia
adalah yang pertama dalam perekrutan untuk Pasukan Khusus Indonesia.
Setelah itu,
unit tersebut kemudian menjadi Kopassus, yang diadopsi oleh kesamaan Baret
Merah (Red Beret) milik the Dutch Special Forces. Singkat kata, dengan
Terbentuknya Kopassus saat ini. Banyak memberikan dukungan keamanan atau
back-up untuk wilayah kedaulatan Republik Indonesia hingga sekarang. Kopassus
beroperasi secara rahasia dan tidak terdeteksi, yang tersebar di berbagai
pelosok-pelosok wilayah di Nusantara. Mereka melakukan serangkaian aksi-aksi
pembunuhan untuk kepentingan Negara dalam hal memerangi kelompok-kelompok
pemberontak Negara. Dan melakukan misi lainnya seperti; penanganan
Anti-Terorisme dan pengumpulan Informasi Intelijen, dan hal-hal terkait dengan
wilayah kemananan dan kedaulatan Indonesia. .
“Kemenangan
Pasukan terletak pada Pasukan Elite, keberaniannya terletak pada Komando,
kecakapannya terletak pada penyusunan strategi dan semangat.. dan tindakan yang
merugikan orang lain terletak pada pertempurannya yang berulang-ulang.” Sun Tzu
dalam The Lost Art of War (1996 terjemahan Indonesia) Artinya adalah, sehebat
apapun sebuah pasukan kalau terus menerus harus berada di medan perang yang
sama, pastilah akan mengalami kerugian. Menurut Sun Tzu II, kalaupun menang
tentulah ditebus dengan kerugian yang amat perih. Kuncinya adalah, para
jenderal yang mengirim serdadu ke medan perang haruslah memperhitungkan
kelelahan fisik dan mental yang akan melanda pasukan. Mencapai batas maksimum
ketahanan manusia, itulah yang ingin dikejar di pendidikan-pendidikan prajurit
komando. Prajurit ditempa dan dibina dengan sangat keras sampai ia merasakan
kesakitan yang tidak pernah terbayangkan olehnya. Ada pihak menyebutnya tidak
manusiawi.
Tapi apakah perlakuan yang akan diterima
seandainya ia tertangkap musuh akan lebih manusiawi? Tentu jika Prajurit yang
tertangkap oleh musuh dan ditawan. Dia akan disiksa lebih keras dan diinterogasi
lebih kejam daripada yang pernah dibayangkan. Tidak hanya dilatih menghadapi
siksaan musuh, juga Prajurit harus mampu bertahan dalam pertempuran yang
panjang dan melelahkan. Jika masuk Pendidikan untuk masuk Tentara saja sangat
sulit dengan binaan yang sangat kejam dan melelahkan, lebih sulit dibandingkan
dengan masuk Pendidikan Polisi. Maka, tentu untuk menjadi Kopassus, Prajurit
dididik dan dibina secara tak berprikemausiaan dan sampai diatas batas maksimal
ketahanan mental dan fisik Prajurit. Sehingga lulusan Kopassus adalah lulusan
dari Prajurit-prajurit pilihan yang tidak sembarang orang bisa masuk.

Pendidikan Kopassus 5 kali lipat lebih ketat,
keras, dan kejam daripada pendidikan Komando biasa. Sehingga ada yang
mengatakan bahwa 1 orang Prajurit Kopassus, sama saja dengan; 5 orang Tentara
Reguler. Itu memang benar, karena keahlian dan kemampuan Prajurit Kopassus
diatas rata-rata Tentara Reguler. Dengan begitu menjadikan Kopassus merupakan
unit Pasukan Elite Militer yang tangguh dan kuat di segala medan, dan dapat
ditempatkan di waktu dan tempat manapun untuk tugas dan misi rahasia.
Pendidikan Kopassus B ertahan hidup di Rawa dan Hutan Dalam proses rekrutmen,
Kopassus
menerapkan standar di atas rata-rata. Dari postur tubuh, minimal 168 sentimeter.
Bahkan di era Prabowo Subianto pernah mencapai 170 sentimeter. Penerapan
standar tinggi badan ini tentu dengan maksud untuk mendapatkan sosok prajurit
yang tangguh dan berwibawa. Dari semua tahapan pendidikan di atas, materi
komando diakui yang paling berat. Namun justru dari sinilah awalnya pembentukan
prajurit individu seperti yang dibutuhkan Kopassus sebagai komando tempur.
Kenyataannya walau seberat apapun, banyak generasi muda yang tertarik mengabdi
kepada Negara dengan masuk dan mendaftar menjadi Prajurit Kopassus. Kecepatan
reaksi tidak hanya harus dimiliki pada saat di medan tempur. Tetapi juga di
semak belukar, rawa dan hutan belantara. Prajurit harus bisa bergerak cepat dan
taktis dengan senjata mengarah kedepan untuk mengejar musuh yang lari. Adalah
Mayor Inf Sarwo Edhi Wibowo yang banyak membawa angin perubahan dalam
pendidikan komando.
Komandan ke
4 ini menata materi pendidikan lebih sistematis dan terarah sesuai kebutuhan.
Termasuk mencari daerah latihan Akhir dari penyempurnaan adalah ditetapkannya
tahapan pendidikan komando: Tahap Basis, Gunung dan Hutan serta Tahap
Pendaratan Laut. Pendidikan Prajurit Kopassus – medan hutan dan rawa Waktu
pendidikan ditetapkan selama 20 minggu. Periode pelatihan dibagi atas Latihan
Dasar Komando (10 minggu), Gunung dan Hutan (enam minggu) dan Pendaratan Laut
(empat minggu). Dalam ketiga tahapan ini, siswa komando menerima 63 materi
pelajaran seperti teknik tempur, membaca peta, pionir, patroli, survival,
mendaki gunung serta pendaratan dengan kapal motor dan pendaratan amfibi.
Materi-materi
diarahkan kepada kebutuhan tugas. Meliputi PJD (Pertempuran Jarak Dekat),
perang kota, gerilya lawan gerilya, selam militer dan antiteror. Selain
Sepursus (Sekolah Pertempuran Khusus), prajurit juga diharuskan mengikuti pendidikan
spesialisasi. Ada dua tahap latihan yang menurut Prajurit yang paling sulit dan
mendebarkan dalam sesi Perang Hutan dan rawa, yaitu tahap pelolosan dan Kamp
Tawanan. Pelolosan diawali dengan dilepasnya siswa satu demi satu di sebuah
tempat di Nusakambangan. Dalam hitungan tertentu, is harus tiba di save house
di pantai Permisan. Pelolosan dimulai pukul 7 pagi hingga paling lambat
memasuki save house pukul 10 malam. Setelah dilepas instruktur, siswa yang
tidak dibekali apapun itu harus mampu menembus segala rintangan selama di
perjalanan. Rintangan baik dari medan ataupun dari rintangan rekayasa para
instruktur. Rintangan rekayasa instruktur bisa berupa tembakan atau dikejar
sampai tertangkap. Apa jadinya kalau tertangkap? Bayangkan saja perang sungguhan
ketika seorang tentara musuh tertangkap. Dimasukkan ke dalam tahanan lalu
diinterogasi dan disiksa sampai buka mulut.
Gebukan,
tendangan, hantaman benda keras dan sejumlah siksaan lainnya yang mungkin tidak
bisa disebutkan, harus diterima bagi yang tertangkap.. Selesai Pelolosan,
berikutnya sudah menunggu materi Kamp Tawanan, Jika di Pelolosan hanya yang
tertangkap saja yang merasakan siksaan sebagai tawanan, maka di Kamp Tawanan
seluruh siswa merasakannya. Selama tiga hari tiga malam, siswa merasakan
beratnya menjadi tawanan perang. Pendidikan Latihan ini membuat para Prajurit
sadar akan ancaman dan bahaya yang harus mereka alami saat mereka tertangkap
dan diinterogasi oleh musuh sebagai tawanan perang. . . Pendidikan Komando
adalah Pendidikan dan latihan yang sangat melelahkan dan meruntuhkan mental dan
fisik Prajurit. Itulah kesimpulan akhir dari pendidikan komando. Ada yang kuat,
setengah kuat dan yang gagal di tengah jalan. Penilaian akhir pendidikan
komando dilakukan secara akumulatif dari puluhan materi yang diberikan. Dari
penilaian itu akan terlihat kecenderungan, kelebihan dan kekurangan seorang
prajurit. Peserta yang gagal biasanya karena sakit. Dan untuk Prajurit yang
berhasil lolos dalam Pendidikan, maka ia berhak dan pantas menyandang gelar
sebagai Prajurit Kopassus Indonesia. Ada kebanggaan tersendiri ketika seseorang
berhasil menjadi Kopassus. . . Saat-saat kelulusan Prajurit Kopassus, yang
telah dibina dan dididik secara keras dan kejam . . Prajurit Kopassus dengan
mengenakan Baret Merah . . . Tahap-tahap Pendidikan Komando; Tahap Pertama
(Dasar) – 10 Minggu Pelatihan : Latihan Individu di Batujajar Membentuk Sikap
dan Kepribadian Individu Mengisi Kemampuan Teknis Taktik Operasi Komando
Pertempuran Perorangan Dasar-dasar Pertempuran Kota Pengetahuan Pendukung
Manajerial Lapangan Uji Kemampuan Navigasi Darat Uji kemampuan Perorangan .
Tahap Kedua (Gunung dan Hutan) – 6 Minggu pelatihan : Perang Hutan dan
Pertempuran di Situ Lembang Pemantapan Pengamatan Hutan
Kemampuan
Individu di Hutan Teknik Dasar Pertempuran Kemampuan kerjasama Tim dan kelompok
di dalam Hutan HTF Hutan Aplikasi Long March (PPJJ) . Tahap Ketiga (Rawa dan
Laut) – 4 Minggu pelatihan : Titik berat Operasi Komando Taktik Pertempuran
Rawa di Cilacap dan Nusakambangan Pemantapan Pengamatan Rawa dan Laut Kemampuan
Patroli Ilmu Medan Rawa Uji Daya Tahan CAMP . . . Unit khusus Penanggulangan
Ancaman Teroris- SAT 81 GULTOR . . Unit SAT 81 Gultor adalah nama satuan dari
Kopassus yang sekarang menangani masalah Keamanan dan Ancaman keamanan Negara,
lebih difokuskan terhadap masalah Penanggulangan Anti-Terorisme. SAT 81 Gultor
singkatan dari Satuan 81 Penanggulangan Aksi terorisme. Konflik yang timbul
saat ini seringkali membutuhkan gerak cepat, taktik jitu, dan ketepatan
pembacaan situasi, dan penyelesaian atau penumpasan teroris dalam waktu
singkat, serta pembebasan sandera, yang kesemuanya merupakan spesialisasi
mutlak yang dimiliki Unit SAT 81 Gultor.
Seperti
pembebasan sandera lintas negara yang pernah dan berhasil dilakukan oleh satuan
khusus ini. Saat pembajakan pesawat didalam pesawat Garuda Airline 206 (Operasi
Woyla), yang terjadi pada 13 maret 1981 di Bandara Don Muang, Bangkok. Operasi
lainnya yaitu pembebasan 26 sandera yang ditawan GPK Kelly Kwalik di Irian Jaya
pada 15 mei 1996. Selain Sat 81 Gultor, Kopassus juga memiliki Denjaka
(Detasemen Jala Mangkara) untuk wilayah pertahanan maritim, yang merupakan
gabungan dari Kopaska (Korps Pasukan Katak) dan Taifib(Batalion intai Amfibi).
Dan satuan khusus yang dimiliki TNI-AU, yakni; Detasemen Bravo 90 (Bravo
90)yang baru dibentuk pada tahun 1990, yang melaksanakan dukungan operasi
udara, dan menetralisir semua aktivitas udara musuh. . . Kemampuan PASUKAN
KOPASSUS Bela Diri Prajurit . . Aksi Prajurit kopassus dalam kegiatan bela diri
. Prajurit Kopassus juga diajarkan dalam pertarungan Individu dan pertarungan
jarak dekat tanpa menggunakan senjata. Maka dari itu, ilmu bela diri adalah
sangatlah penting, dan merupakan pertahahan terakhir dari Prajurit Kopassus
dalam hal pertahahan dan untuk membunuh musuh dengan tangan kosong.
Penjinakkan
Bom Selain ilmu bela diri, Prajurit kopassus diajarkan bagaimana cara
menanggulangi serangan musuh, dalam hal ini melalui penjinakkan bom. Kemampuan
ini khusus untuk unit Pasukan Satuan Penanggulangan Teror atau yang dikenal
dengan SAT 81 Gultor. Dalam hal ini, Kopassus telah sangat berkembang dalam hal
Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga jam terbang yang cukup, yang mereka
dapatkan selama ini. Di era yang modern ini, teroris juga telah banyak merajalela
di Indonesia dengan menggunakan berbagai macam bom dan bahan peledak lain yang
semakin hari semakin berkembang, baik dalam hal; skala ledakan bom maupun
ukuran dan jenis bomnya yang beraneka ragam. Mengharuskan Pasukan Khusus ini,
Sat 81 Gultor, untuk lebih handal dalam penanganan aksi Terorisme melalui
aksi-aksi bom yang sedang marak berkembang di Indonesia
. Latihan
gabungan antara SAT-81 Kopassus dan SAS.dengan menggunakan robot penjinak bom
Kemampuan Maritim Prajurit Kopassus juga membekali diri dengan Latihan Maritim
untuk meningkatkan kemampuan Maritim, baik kemampuan Kelompok ataupun kemampuan
Individu. Kemampuan bukan hanya di darat saja, tetapi di perairan juga menjadi
perhatian yang serius bagi Pasukan Elite ini. Mengingat Perairan di Indonesia
yang sangat luas dan terbentang dari Sabang sampai Marauke. Membuat kemampuan
Maritim ini mutlak diperlukan bagi Prajurit Kopassus. Mensyaratkan berbagai
persyaratan untuk kemampuan ini, diantaranya; mampu berenang cepat, mampu
menyelam di bawah dasar laut dengan kedalaman tertentu, mampu berenang dengan
memegang senjata dan memikul beban yang berat, mampu berenang dengan tangan
atau kaki terikat, berenang jauh untuk tujuan meloloskan diri dari sergapan
musuh.
Dan masih
banyak lain persyaratan atau kemampuan taktis lainnya yang mutlak harus
dimiliki. unit ini dinamakan Kopaska (Komando Pasukan Katak). Simulasi Grup
Kopassus (Kopaska) di perairan Indonesia Taktis dan Pasukan Gerak Cepat
Kopassus juga merupakan pasukan taktis dan pasukan gerak cepat terbaik di
Indonesia. Bahkan di dunia, Kopassus sudah tidak diragukan lagi kecepatannya
saat membebaskan sandera pada pembajakan pesawat Garuda GA 206 dalam operasi
woyla Tahun 1981, saat itu, Kopassus hanya membutuhkan waktu 3 menit untuk
membunuh teroris dan menyelamatkan semua sandera. Ini tentu bukan hal yang
mudah dilakukan, sejak saat itu, Kopassus menjadi semakin melegenda dan
disegani oleh banyak negara-negara luar, bahkan Amerika sekalipun. Latihan
taktis – pembebasan sandera . .
Latihan
gabungan Kopassus dan SAS Australia di Bandara, . . Belakangan ini, saat
hubungan Indonesia dan Australia mulai membaik. Keduabelah pihak bersepakat
untuk menjalin kerjasama dalam hal Kemanan Internasional dan Penanganan Aksi
Terorisme. Maka sering sekali Pihak Pejabat Militer Australia datang berkunjung
ke Indonesia untuk sekedar melihat secara langsung simulasi latihan Kopassus,
dan juga menjalin hubungan baik dengan cara melaksanakan Latihan gabungan
Antara Kopassus Indonesia (Sat 81 Gultor) dan SAS Australia (Australian Special
Air Service Regiment) . Kopassus- saat latihan gabungan bersama SAS Australia
Walaupun banyak pihak (terutama media-media barat) yang mengatakan bahwa
Kopassus banyak melakukan pelanggaran HAM di wilayah Indonesia sendiri, namun
itu sama sekali tidak mempengaruhi kinerja kopassus itu sendiri.
Kopassus malah membuktikan diri dan
meningkatkan kemampuannya dalam menjadi Pasukan Elite terbaik dalam skala
global. Kopassus kemudian dinobatkan sebagai pasukan Elite terbaik ke-3 di
Dunia, setelah Mossad Israel di urutan ke-2, dan SAS Inggris di urutan pertama,
yang disurvei oleh Discovery Channel; Military Channel pada Tahun 2008.Yang
menjadi kriteria Discovery Channel dalam menempatkan Kopassus dalam urutan
Pasukan Khusus Terbaik ke-3 di dunia adalah kemampuan dan kecakapan Individu
nya, bukan dinilai dari Peralatan dan Teknologi canggih yang dimiliki.
Ini
menjadikan Kopassus mendapatkan citra yang positif dari berbagai pihak, dan
juga banyak disegani dan dipuji oleh masyarakat Indonesia sendiri, terutama di
kalangan generasi muda Indonesia, terlepas dari semua tuduhan pelanggaran HAM
yang gencar-gencarnya digembar-gemborkan oleh media barat. Untuk itu, dengan
memiliki Satuan Khusus ini, menjadikan rakyat Indonesia bangga dan merasa aman.
Teroris tentu harus berpikir ulang jika ingin berhadapan dengan Pasukan elite
ini. . Grup Satuan 81- Penanggulangan Teror (SAT 81- Gultor) Satuan 81
Penanggulangan Teror adalah unit gerak cepat dalam hal pembebasan sandera,
melumpuhkan musuh dengan sekejap, dan melakukan serangkaian Aksi penanggulangan
ancaman terorisme lainnya. Kualitasnya pun diakui oleh banyak pihak, bahkan
oleh pengamat militer asing, walaupun banyak juga masyarakat Indonesia yang
masih meragukan kualitas mereka.
Akan tetapi, yang perlu dicatat
adalah, Pasukan Elite ini mendapatkan penghargaan menjadi Pasukan Elite terbaik
ke-3 di dunia, oleh Discovery Channel, tentu bukan hal yang mudah didapatkan
oleh Pasukan Elite manapun di dunia. Bahkan Pasukan Khusus Amerika sekalipun,
tidak dimasukkan ke dalam daftar 3 besar Pasukan Khusus terbaik di dunia. Sudah
sepatutnya kita, sebagai warga negara Indonesia, bangga memiliki Komando
Pasukan Khusus; Kopassus !
Latihan pasukan komando Korea Selatan mengundang decak kagum dunia. Pasukan ini berlatih di dalam sungai es yang membeku. Pasukan Batalyon 707 tersebut juga melakukan latihan serangan di tengah cuaca buruk dan hawa dingin yang sangat menusuk.
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD rupanya rutin melakukan latihan dengan pasukan khusus Korea Selatan. Biasanya mereka berlatih bersama di Training Site 47-Kwangju. Sebuah area latihan untuk latihan antiteror dengan fasilitas sangat lengkap. Di sini ada sebuah pesawat Boeing 747, kereta api, bus, gedung perkantoran dan bank. Semuanya untuk laihan pembebasan sandera dan pertempuran jarak dekat.
Latihan pasukan komando Korea Selatan mengundang decak kagum dunia. Pasukan ini berlatih di dalam sungai es yang membeku. Pasukan Batalyon 707 tersebut juga melakukan latihan serangan di tengah cuaca buruk dan hawa dingin yang sangat menusuk.
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD rupanya rutin melakukan latihan dengan pasukan khusus Korea Selatan. Biasanya mereka berlatih bersama di Training Site 47-Kwangju. Sebuah area latihan untuk latihan antiteror dengan fasilitas sangat lengkap. Di sini ada sebuah pesawat Boeing 747, kereta api, bus, gedung perkantoran dan bank. Semuanya untuk laihan pembebasan sandera dan pertempuran jarak dekat.
TNI merasa perlu mengirimkan prajurit Kopassus berlatih di Korea Selatan. Meski jagoan perang hutan dan berasal dari daerah tropis, pasukan elite ini juga harus mampu bertempur di daerah bersalju dan wilayah ekstrem lainnya.
Pada awalnya pasukan Kopassus yang datang sempat kedinginan saat tiba di Korea Selatan. Namun dalam beberapa hari, mereka segera bisa menyesuaikan diri karena gemblengan dan fisik yang kuat.
Cuaca dingin tak lagi jadi halangan. Bahkan ketika ada latihan fisik berupa lomba lari menuju bukit dengan pasukan Korea, prajurit Kopassus bisa menang dan mencapai puncak lebih dulu. Hal ini membuktikan kemampuan Kopassus yang tinggi.
Kisah ini dimuat dalam buku Kopassus untuk Indonesia yang ditulis Iwan Santosa dan EA Natanegara dan diterbitkan R&W.
"Salah satu latihan yang unik dan berbahaya bagi Kopassus adalah terjun di permukaan salju yang mengeras. Jika tidak ada salju, tanahnya merupakan tanah lunak sehingga ketika mengeras tertutup salju timbul crack (rekahan) di permukaannya dengan pinggiran setajam pisau. Mendarat di permukaan seperti ini adalah hal baru untuk Kopassus. Sehingga untuk menghindari salah mendarat mereka harus berhati-hati sambil memilih permukaan salju," kata Letkol IGP Danny Karya yang pernah mengikuti latihan di bawah nol derajat celcius ini.

Nah, mencari selongsong di salju mungkin mudah karena meninggalkan lubang. Tetapi berbeda jika berlatih di gedung-gedung atau perkantoran. Masalahnya, sebelum semua selongsong ditemukan, semua prajurit tak boleh pulang. Kadang usaha pencarian ini baru selesai lewat tengah malam.
"Untuk Korea Selatan yang kondisi politiknya mengharuskan mereka untuk waspada, memang merupakan tempat berlatih yang baik untuk menajamkan kemampuan prajurit Kopassus."
Lembaga pemantau hak asasi manusia, Imparsial meminta Presiden AS, Barack Obama menghentikan bantuan pelatihan kepada anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
"Kopasus belum berubah dan masih berbahaya. Karena itu kerja sama pemerintah Amerika Serikat dan Indonesia sebaiknya dikaji kembali tentang bantuan dana militer dari pemerintah Amerika Serikat," kata Managing Director Imparsial, Poengky Indarti, Kamis 11 Maret
Menurut dia, tak ada urgensinya Kopassus diberi pelatihan. "Kalau untuk melawan terorisme, polisi, khususnya Densus 88 lebih berhak. Atau lebih baik lagi untuk Angkatan Laut atau Angkatan Udara karena kita sebagai negara maritim," lanjut Pongky.
Berdasarkan informasi yang didapatkan Imparsial, tahun lalu pemerintah AS memberikan 20 juta dollar. "Itu sangat besar. Kita negara keempat yang menerima bantuan dana militer terbesar setelah Israel, Kolombia, dan Pakistan," jelas dia.
Pemerintah Indonesia sedang menjajaki kembali kemungkinan pelatihan bagi anggota Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) di Amerika Serikat.
Sebelumnya Kopassus menjalin kerja sama pendidikan dan latihan dengan sejumlah negara seperti AS. Namun, kerja sama itu terhenti menyusul embargo militer yang diterapkan AS terhadap Indonesia pada 1999.
Bahkan setelah AS mencabut embargo militernya terhadap Indonesia pada November 2005, pelatihan dan pendidikan bagi Kopassus masih belum diberikan pihak negara Paman Sam itu.
Salah satu agenda kemitraan komprehensif yang akan disepakati RI dan AS dalam serangkaian kunjungan Presiden AS Barack Obama ke Indonesia paruh kedua Maret mendatang adalah memantapkan kerja sama pertahanan kedua negara yang telah kembali berjalan sejak November 2005.
Kemampuan yang tidak terlalu mengandalkan dan bergantung pada teknologi canggih dan memiliki skill di atas rata-rata pasukan elit luar negeri lainnya menjadi nilai plus bagi Kopassus. Mungkin karena itu pulalah muncul ungkapan bahwa 1 prajurit Kopassus setara dengan 5 prajurit biasa. Dan mungkin juga karena kehebatan Kopassus itu jugalah yang menyebabkan sekitar tahun 90-an Amerika begitu keberatan, dan Australia menjadi ketakutan ketika Indonesia akan memperbesar jumlah anggota Kopassusnya.
No comments
Post a Comment