Pengamat militer Salim Said mengingatkan dunia internasional untu tidak terus-menerus menekan Indonesia. Sebab, orang Indonesia mampu dan memiliki cara mempertahankan diri, yakni orang Indonesia menjadi sangat nasionalistik dan melawan. Dalam proses itu, orang Indonesia akan mencari orang kuat, yang pada akhirnya akan bertentangan dengan proses demokratisasi.
 
"Saya pikir dunia internasional harus hati-hati dalam memainkan peranannya, sebab kalau gegabah, hal itu bisa menimbulkan counter-productive," kata Salim usai diskusi terbatas di Gedung MPR/DPR, Selasa (26/9). Diskusi juga meng-hadirkan pembicara Hilman Adil (peneliti LIPI) dengan moderator Isaac Latuconsina. Salim ditanya pers soal tekanan dunia internasional dalam bentuk ancaman embargo ekonomi dan penghentian bantuan militer terhadap Indonesia.
 
Tentang ancaman penghentian bantuan militer, Salim menjelaskan, apabila ancaman itu dipersepsikan oleh orang Indonesia sebagai tekanan kepada militer Indonesia, itu pun sangat berbahaya. Menurut Salim, ada limit tekanan internasional terhadap Indonesia di mana kalau limit itu terlewati, bisa jadi counter-productive.
 
Penghentian atau pemotongan bantuan militer kepada Indonesia, menurut Salim, tergantung pengertian dunia internasional terhadap Indonesia dan reaksi dari Indonesia itu sendiri. Salim menyatakan, sangat  percaya Presiden Abdur-rahman Wahid yang berupaya mencegah jangan sampai In-donesia diisolir dunia internasional.
 
"Bila Indonesia diisolir, bukan hanya berbahaya bagi kita tetapi juga membahayakan dunia internasional itu sendiri. Sebab kita negara besar dengan pasar besar, maka negara tetangga kita akan terganggu  Singapura itu cemas sekali kalau terjadi apa-apa di Indonesia," papar Salim.
 
Dalam diskusi yang bertema "kudeta" itu Salim juga menyinggung peran Amerika Serikat dalam dunia internasional. Salim menyatakan, tidak  percaya kalau negara adidaya itu ingin agar Indonesia terpuruk dan ambruk. Di mata AS, demikian Salim, bila terpuruknya Indonesia akan menguntungkan Cina, maka AS akan mempertahankan Indonesia agar tidak ambruk.
 
Salim mencontohkan tahun 1965 di mana AS tidak ingin Indonesia menjadi negara komunis, maka AS mendukung siapa pun yang bisa menghancurkan komunisme. "Saya minta agar Departemen Luar Negeri kita berpikir bagaimana menjaga agar Indonesia jangan sampai tekuk lutut di mata internasional," katanya.